Mekanisme
Cidera
Bagai mana patah pada tulang leher bisa terjadi, berikut adalah penjelasan mengapa bisa terjadi patah tulang iga dan leher,
Bagai mana patah pada tulang leher bisa terjadi, berikut adalah penjelasan mengapa bisa terjadi patah tulang iga dan leher,
- Cidera
pada tulang leher
Lokasi SCI berturut-turu dari yang paling umum, antara lain daerah servikal (level C5 – C6), thoracolumbar junction, thorakalis, dan lumbalis (Tabel 1).1 Mekanisme cidera umumnya merupakan aspek utama yang menentukan lokasi cidera medulla spinalis,1 contohnya motor vehicle accident (MVA) atau kecelakaan lalu lintas umumnya melibatkan cidera daerah daerah servikal (akibat hiperekstensi dan hiperfleksi), jatuh melibatkan beberapa daerah lokasi tergantung bagian yang terjatuh menumpu ke tanah terlebih dahulu (jatuh dengan kaki menumpu melibatkan daerah thoracolumbar akibat fraktur kompresi atau burst fracture, jatuh di tangga dimana leher menumpu tangga melibatkan hiperekstensi leher dan cidera servikal), jatuh dengan bokong menumpu tanah melibatkan daerah lumbar.2
Tabel 1. Frekuensi Traumatic Spinal Cord
Injury (TSCI) berdasarkan tingkat cidera. Table dikutip dari: Derwenskus J,
Zaidat OO. Chapter 23. Spinal Cord Injury and Related Diseases. In: Suarez JI.
Critical Care Neurology and Neurosurgery. New Jersey. Humana Press. 2004. p.412-32
Cidera pada medulla spinalis dapat
terjadi secara mandiri, namun seringkai tulang belakang juga ikut mengalami
cidera secara bersamaan karena trauma yang dialami.3 Hal penting
yang perlu diketahui adalah walaupun derajat kerusakan kolumna vertebralis yang
parah umumnya menyebabkan cidera medulla spinalis yang serius, namun hubungan
tersebut tidak selalu terjadi. Kerusakan minor dari kolumna vertebralis umumnya
tidak menyebabkan deficit neurologis, namun tetap mungkin menyebabkan defisit
neurologis yang serius.4Seperti telah disinggung pada paragraph
sebelumnya, mekanisme cidera selain dapat menentukan tingkat cidera medulla
spinalis, juga menentukan jenis cidera pada kolumna vertebralis. Trauma dapat
menyebabkan cidera pada medulla spinalis melalui kompresi langsung dari tulang,
ligament atau diskus, hematoma, gangguan perfusi dan atau traksi.4
Cidera pada medulla
spinalis dan kolumna vertebralis dapat diklasifikasikan menjadi
fraktur-dislokasi, fraktur murni, dan dislokasi murni (dengan frekuensi
relative 3:1:1).3 Ketiga tipe dari cidera tersebut terjadi melalui
mekanisme yang serupa, antara lain kompresi vertical dengan mekanisme yang
serupa, antara lain kompresi vertical dengan anterofleksi (cidera fleksi) atau
dengan retrofleksi (cidera hiperekstensi). Pada cidera fleksi, kepala tertunduk
secara tajam ketika gaya diberikan. Kedua vertebra servikal yang bersangkutan
akan mengalami stress maksimum dan batas anteroinferior dan korpus vertebra
yang berada di atas akan terdorong ke bawah (kadang terbelah menjadi dua).
Fragmen posterior dari korpus vertebra yang mengalami fraktur akan terdorong ke
belakang dan memberikan kompresi pada medulla spinalis (tear drop fracture). Mekanisme cidera ini merupakan jenis yang
paling sering pada daerah servikal dan umumnya melibatkan daerah C5/C6 (terjadi
subluksasi/dislokasi).4 Seringkali, terdapat robekan dari interspinous dan posterior longitudinal ligaments sehingga menyebabkan cidera ini
tidak stabil.3,4 Cidera yang lebih ringan dari mekanisme fleksi
hanya menyebabkan dislokasi.3 Cidera medulla spinalis terjadi akibat
kompresi atau traksi dan menyebabkan adanya kerusakan langsung atau vascular.4
Gambar 15.
Mekanisme cidera fleksi dan dislokasi dari C5-C6 dengan robekan pada interspinous dan posterior longitudinal ligament, kapsul facet, dan diskus
intervertebralis posterior. Gambar dikutip dari: Freidberg SR, Magge SN.
Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In: Jones HR, Srinivasan J,
Allam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology. 2nd edition. Elsevier,
Saunders. 2012. p.562-71
Gambar 16.
Mekanisme cidera anterofleksi
Gambar dikutip
dari: Sheerin F. Spinal Cord Injury:
Causation and Pathophysyiology. Emerg Nurse 2005; 12(9):29-38
Pada cidera
hiperekstensi terjadi kompresi vertical dengan posisi kepala ekstensi
(retrofleksi).3 Stres utama terjadi pada daerah posterior (lamina
dan pedikel) dari vertebra servikalis bagian tengah (C4-C6), dimana dapat
terjadi fraktur unilateral, bilateral, dan robekan dan ligament anterior.3
Cidera hiperekstensi dari medulla spinalis umumnya terjadi tanpa terlihat
adanya kerusakan vertebra atau misalignment
dari vertebra, walaupun begitu, cidera medulla spinalis yang terjadi dapat
menjadi serius dan permanen. Cidera tersebut dapat terjadi akibat penonjolan
ligamentum flavum atau dislokasi vertebra yang sementara karena robekan
ligament (ketika di x-ray atau CT-scan alignment
sudah kembali normal). Walaupun, penggunaan CT-scan dan x-ray tulang belakang lateral
dapat digunakan untuk melihat cidera tulang belakang (perlu dilakukan fleksi
dan ekstensi dari leher), adanya robekan dan penonjolan ligament dari dislokasi
vertebra dapat dilihat dengan menggunakan MRI.3 Selain itu, cidera
medulla spinalis yang terjadi dapat diakibatkan oleh central cervical cord syndrome. Cidera dengan mekanisme ini umumnya
melibatkan orang tua dan pasien dengan spinal
canal stenosis.
Gambar 17. Mekanisme cidera
hiperekstensi
Gambar
dikutip dari: Freidberg SR, Magge SN. Chapter 60. Trauma to the Spine and
Spinal Cord. In: Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s
Neurology. 2nd edition. Elsevier, Saunders. 2012. P.562-71 dan
Sheerin F. Spinal Cord Injury: Causation and Pathophysiology. Emerg Nurse 2005;
12(9):29-38.
Mekanisme cidera
lainnya yaitu cidera kompresi.4 Pada cidera dengan mekanisme ini,
korpus vertebra mengalami pemendekkan dan mungkin terjadi Wedge fracture umumnya stabil karena ligamentum intak, namun
apabila terdapat fragmen yang masuk kedalam kanal spinalis dan biasanya
terdapat kerusakan ligament sehingga tergolong tidak stabil. Apabila terjadi
kombinasi gaya rotasi, dapat terjadi tear
drop fracture (digolongkan tidka stabil).
Gambar 18. Cidera kompresi
Gambar dikutip dari: Freidberg SR, Magge
SN. Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In: Jones HR, Srinivasan
J, Alam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology. 2nd edition. Elsevier,
Saunders. Pathophysiology. Emerg Nurse 2005; 12(9):29-38.
- Cidera pada tulang iga
Patah pada tulang iga merupakan cidera yang umum yang terjadi saat salah
satu dari tulang iga retak atau patah. Penyebab paling sering adalah trauma
pada dada, misalnya jatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan motor, benturan
saat olahraga. Banyak dari tulang iga yang patah masih dalam
keadaan retak. 7
Gambar
Gambar dikutip dari: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/broken-ribs/home/ovc-20169623.
Secara
garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Disebabkan trauma
a. Trauma tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering
mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain : Kecelakaan
lalulintas, kecelakaan
pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar yang keras atau
akibat perkelahian.
b. Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering
menimbulkan fraktur costa adalah luka
tusuk dan luka tembak
2. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur
costa adalah terutama akibat gerakan
yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya
gerakan yang berlebihan dan stress fraktur, seperti pada gerakan
olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf. 5
Fraktur iga dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah
depan,samping ataupun dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya
akan menimbulkan trauma iga,tetapi dengan adanya otot yang melindungi iga pada
dinding dada,maka tidak semua trauma dada akan terjadi fraktur iga.
Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur iga
pada tempat traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur iga dapat terjadi
apabila energi yang diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan iga
tersebut.Seperti pada kasus kecelakaan dimana dada terhimpit dari depan dan
belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan dari angulus iga,dimana
pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.
Fraktur
iga yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan organ
dibawahnya.Fraktur pada iga ke 4-9 dapat mencederai interigalis ,pleura visceralis,paru
maupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya
hematotoraks,pneumotoraks ataupun laserasi jantung.6
Walau masih sangat sakit, tulang iga yang retak tidak berbahaya
dibandingkan dengan tulang iga yang telah patah menjadi beberapa bagian. Ujung
– ujung yang tajam dari tulang iga yang telah patah dapat melukai pembuluh
darah besar atau organ yang berada didalam rongga dada contohya paru. Pada
kebanyakan kasus, tulang is yang patah biasanya sembuh dalam waktu 1 atau 2
bulan.7
Daftar Pustaka
- Derwenskus J, Zaidat OO.
Chapter 23. Spinal Cord Injury and Related Disease. In: Suarez JI.
Critical Care Neurology and Neurosurgery. New Jersey. Humana Press. 2004.
p.417-32.
- Sheerin F. Spinal Cord
Injury: Causation and Pathophysiology. Emerg
Nurse 2005; 12(9):29-38.
- Ropper AH, Samuels MA.
Chapter 44. Disaster of the Spinal Cord. In: Ropper AH, Samuels MA, eds.
Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9th ed. New York:
McGraw-Hill; 2009. http://www.accessmedicine.com/content
- Kaye AH. Chapter 16. Spinal
Injuries. In: Kaye AH. Essential Neurosurgery. 3rd Edition.
Victoria, Blackwell Publishing. 200. p.225-33.
- Sjamsuhidajat R, de Jong W.
Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2: Tindak Bedah Organ dan Sistem Organ. 2005.
Jakarta: EGC; p.406-13
- Achmad, KB, Tjahyono, AS,
Wibawanto, AW, et al. Penanganan Trauma Thorax. 1st ed. 2002. Jakarta:
Subbag Ilmu Bedah Thorax, FKUI; p.79-84
Tidak ada komentar:
Posting Komentar