Kamis, 19 Januari 2017

[Kesehatan] Mekanisme trauma leher dan iga

Mekanisme Cidera
Bagai mana patah pada tulang leher bisa terjadi, berikut adalah penjelasan mengapa bisa terjadi patah tulang iga dan leher,
  1. Cidera pada tulang leher





Lokasi SCI berturut-turu dari yang paling umum, antara lain daerah servikal (level C5 – C6), thoracolumbar junction, thorakalis, dan lumbalis (Tabel 1).1 Mekanisme cidera umumnya merupakan aspek utama yang menentukan lokasi cidera medulla spinalis,1 contohnya motor vehicle accident (MVA) atau kecelakaan lalu lintas umumnya melibatkan cidera daerah daerah servikal (akibat hiperekstensi dan hiperfleksi), jatuh melibatkan beberapa daerah lokasi tergantung bagian yang terjatuh menumpu ke tanah terlebih dahulu (jatuh dengan kaki menumpu melibatkan daerah thoracolumbar akibat fraktur kompresi atau burst fracture, jatuh di tangga dimana leher menumpu tangga melibatkan hiperekstensi leher dan cidera servikal), jatuh dengan bokong menumpu tanah melibatkan daerah lumbar.2
Tabel 1. Frekuensi Traumatic Spinal Cord Injury (TSCI) berdasarkan tingkat cidera. Table dikutip dari: Derwenskus J, Zaidat OO. Chapter 23. Spinal Cord Injury and Related Diseases. In: Suarez JI. Critical Care Neurology and Neurosurgery. New Jersey. Humana Press. 2004. p.412-32

Cidera pada medulla spinalis dapat terjadi secara mandiri, namun seringkai tulang belakang juga ikut mengalami cidera secara bersamaan karena trauma yang dialami.3 Hal penting yang perlu diketahui adalah walaupun derajat kerusakan kolumna vertebralis yang parah umumnya menyebabkan cidera medulla spinalis yang serius, namun hubungan tersebut tidak selalu terjadi. Kerusakan minor dari kolumna vertebralis umumnya tidak menyebabkan deficit neurologis, namun tetap mungkin menyebabkan defisit neurologis yang serius.4Seperti telah disinggung pada paragraph sebelumnya, mekanisme cidera selain dapat menentukan tingkat cidera medulla spinalis, juga menentukan jenis cidera pada kolumna vertebralis. Trauma dapat menyebabkan cidera pada medulla spinalis melalui kompresi langsung dari tulang, ligament atau diskus, hematoma, gangguan perfusi dan atau traksi.4
Cidera pada medulla spinalis dan kolumna vertebralis dapat diklasifikasikan menjadi fraktur-dislokasi, fraktur murni, dan dislokasi murni (dengan frekuensi relative 3:1:1).3 Ketiga tipe dari cidera tersebut terjadi melalui mekanisme yang serupa, antara lain kompresi vertical dengan mekanisme yang serupa, antara lain kompresi vertical dengan anterofleksi (cidera fleksi) atau dengan retrofleksi (cidera hiperekstensi). Pada cidera fleksi, kepala tertunduk secara tajam ketika gaya diberikan. Kedua vertebra servikal yang bersangkutan akan mengalami stress maksimum dan batas anteroinferior dan korpus vertebra yang berada di atas akan terdorong ke bawah (kadang terbelah menjadi dua). Fragmen posterior dari korpus vertebra yang mengalami fraktur akan terdorong ke belakang dan memberikan kompresi pada medulla spinalis (tear drop fracture). Mekanisme cidera ini merupakan jenis yang paling sering pada daerah servikal dan umumnya melibatkan daerah C5/C6 (terjadi subluksasi/dislokasi).4 Seringkali, terdapat robekan dari interspinous dan posterior longitudinal ligaments sehingga menyebabkan cidera ini tidak stabil.3,4 Cidera yang lebih ringan dari mekanisme fleksi hanya menyebabkan dislokasi.3 Cidera medulla spinalis terjadi akibat kompresi atau traksi dan menyebabkan adanya kerusakan langsung atau vascular.4
Gambar 15. Mekanisme cidera fleksi dan dislokasi dari C5-C6 dengan robekan pada interspinous dan posterior longitudinal ligament, kapsul facet, dan diskus intervertebralis posterior. Gambar dikutip dari: Freidberg SR, Magge SN. Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In: Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology. 2nd edition. Elsevier, Saunders. 2012. p.562-71
Gambar 16. Mekanisme cidera anterofleksi
Gambar dikutip dari: Sheerin F. Spinal Cord Injury: Causation and Pathophysyiology. Emerg Nurse 2005; 12(9):29-38
Pada cidera hiperekstensi terjadi kompresi vertical dengan posisi kepala ekstensi (retrofleksi).3 Stres utama terjadi pada daerah posterior (lamina dan pedikel) dari vertebra servikalis bagian tengah (C4-C6), dimana dapat terjadi fraktur unilateral, bilateral, dan robekan dan ligament anterior.3 Cidera hiperekstensi dari medulla spinalis umumnya terjadi tanpa terlihat adanya kerusakan vertebra atau misalignment dari vertebra, walaupun begitu, cidera medulla spinalis yang terjadi dapat menjadi serius dan permanen. Cidera tersebut dapat terjadi akibat penonjolan ligamentum flavum atau dislokasi vertebra yang sementara karena robekan ligament (ketika di x-ray atau CT-scan alignment sudah kembali normal). Walaupun, penggunaan CT-scan dan x-ray tulang belakang lateral dapat digunakan untuk melihat cidera tulang belakang (perlu dilakukan fleksi dan ekstensi dari leher), adanya robekan dan penonjolan ligament dari dislokasi vertebra dapat dilihat dengan menggunakan MRI.3 Selain itu, cidera medulla spinalis yang terjadi dapat diakibatkan oleh central cervical cord syndrome. Cidera dengan mekanisme ini umumnya melibatkan orang tua dan pasien dengan spinal canal stenosis.
Gambar 17. Mekanisme cidera hiperekstensi
Gambar dikutip dari: Freidberg SR, Magge SN. Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In: Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology. 2nd edition. Elsevier, Saunders. 2012. P.562-71 dan Sheerin F. Spinal Cord Injury: Causation and Pathophysiology. Emerg Nurse 2005; 12(9):29-38.
Mekanisme cidera lainnya yaitu cidera kompresi.4 Pada cidera dengan mekanisme ini, korpus vertebra mengalami pemendekkan dan mungkin terjadi Wedge fracture umumnya stabil karena ligamentum intak, namun apabila terdapat fragmen yang masuk kedalam kanal spinalis dan biasanya terdapat kerusakan ligament sehingga tergolong tidak stabil. Apabila terjadi kombinasi gaya rotasi, dapat terjadi tear drop fracture (digolongkan tidka stabil).
Gambar 18. Cidera kompresi
Gambar dikutip dari: Freidberg SR, Magge SN. Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord. In: Jones HR, Srinivasan J, Alam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology. 2nd edition. Elsevier, Saunders. Pathophysiology. Emerg Nurse 2005; 12(9):29-38.
  1. Cidera pada tulang iga
Patah pada tulang iga merupakan cidera yang umum yang terjadi saat salah satu dari tulang iga retak atau patah. Penyebab paling sering adalah trauma pada dada, misalnya jatuh dari tempat yang tinggi, kecelakaan motor, benturan saat olahraga. Banyak  dari tulang iga yang patah masih dalam keadaan retak. 7
Illustration showing broken ribs
Gambar
Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Disebabkan trauma
a. Trauma tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain : Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.
b. Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa adalah luka tusuk dan luka tembak

2. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur, seperti pada gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf. 5
Fraktur iga dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping ataupun dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma iga,tetapi dengan adanya otot yang melindungi iga pada dinding dada,maka tidak semua trauma dada akan terjadi fraktur iga.
Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur iga pada tempat traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur iga dapat terjadi apabila energi yang diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan iga tersebut.Seperti pada kasus kecelakaan dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan dari angulus iga,dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.
Fraktur iga yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan organ dibawahnya.Fraktur pada iga ke 4-9 dapat mencederai interigalis ,pleura visceralis,paru maupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks,pneumotoraks ataupun laserasi jantung.6
Walau masih sangat sakit, tulang iga yang retak tidak berbahaya dibandingkan dengan tulang iga yang telah patah menjadi beberapa bagian. Ujung – ujung yang tajam dari tulang iga yang telah patah dapat melukai pembuluh darah besar atau organ yang berada didalam rongga dada contohya paru. Pada kebanyakan kasus, tulang is yang patah biasanya sembuh dalam waktu 1 atau 2 bulan.7
Daftar Pustaka

  1. Derwenskus J, Zaidat OO. Chapter 23. Spinal Cord Injury and Related Disease. In: Suarez JI. Critical Care Neurology and Neurosurgery. New Jersey. Humana Press. 2004. p.417-32.
  2. Sheerin F. Spinal Cord Injury: Causation and Pathophysiology. Emerg Nurse 2005; 12(9):29-38.
  3. Ropper AH, Samuels MA. Chapter 44. Disaster of the Spinal Cord. In: Ropper AH, Samuels MA, eds. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9th ed. New York: McGraw-Hill; 2009. http://www.accessmedicine.com/content
  4. Kaye AH. Chapter 16. Spinal Injuries. In: Kaye AH. Essential Neurosurgery. 3rd Edition. Victoria, Blackwell Publishing. 200. p.225-33.
  5. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2: Tindak Bedah Organ dan Sistem Organ. 2005. Jakarta: EGC; p.406-13
  6. Achmad, KB, Tjahyono, AS, Wibawanto, AW, et al. Penanganan Trauma Thorax. 1st ed. 2002. Jakarta: Subbag Ilmu Bedah Thorax, FKUI; p.79-84

7.      Broken ribs, http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/broken-ribs/home/ovc-20169623

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumlah pengunjung

Entri Populer